Cerita dari mulut kemulut orang tua dulu tentang asal muasal penamaan
Garunggung yang belum bisa dibuktikan kebenarannya adalah hidupnya sepasang
suami-istri Utuh Amput (Suami) dan Diang Puracit (Istri). Sepasang suami-istri
ini bersama sudah berpuluh-puluh tahun namun tidak dikarunia seorang anak dari
Tuhan. Berbagai cara dan upaya dilakukan mereka berdua agar bisa mempunyai
keturunan namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Perihal tersebut membuat
pasangan suami-istri ini merasa sedih dan kecewa. Sang suami (Utuh Amput)
sering menyendiri dan diam tak banyak bicara. Pada suatu pagi Istri utuh Amput
terbangun, menoleh kekiri dan kekanan, suaminya Utuh Amput sudah tidak ada tidur
bersamanya. Sang suami hilang entah kemana dan sang istri terus memanggil nama
suaminya sampai suaranya serak dan tak dapat bersuara lagi. Hari-hari Diang
Puracit menangis manggaraung (Bahasa Tanjung, artinya Menangis
mengeluarkan suara besar dan nyaring) dibawah pohon Jambu Agung (jambu
bol, Syzygium malaccense) disekitar kediaman mereka. Orang yang
melintasi jalan setapak menuju kekebun mendengar suara tangisan Diang Puracit
”Manggaraung dibawah pohon jambu agung” akhirnya disebutlah tempat itu ”Garung-gung”
asal kata Garaung Diang Puracit dibawah pohon jambu Agung. Terlepas benar atau
tidaknya cerita tersebut; sampai sekarang Nama Garunggung masih dipergunakan
sebagai keadministrasian salah satu Desa di Kecamatan Tanjung, Kabupaten
Tabalong, Kalimantan Selatan.
Cari Blog Ini